Populasi Gajah Sumatera Makin Terancam

Populasi Gajah Sumatera Makin Terancam

Gajah Sumatera (Elephant Maximus Sumatranus) adalah subspesies dari gajah Asia yang berhabitat di pulau Sumatera. Selain gajah Sumatera ada juga subspesies gajah Asia yaitu gajah India (Elephant Maximus Indicus) di Asia Tenggara dan India lalu gajah Asia (Elephant Maximus Maximus) di Srilangka.

Ciri-ciri gajah Sumatera adalah gading gajah Sumatera jantan relatif lebih pendek dari subspesies gajah Asia lainnya. Sedangkan gajah betina memiliki gading yang sangat pendek dan tersembunyi di balik bibir atas. Tinggi gajah jantan Sumatera bisa mencapai 1,7-2,6 meter. Jika dipelihara dengan baik, gajah Sumatera mampu bertahan hidup hingga 70 tahun. Gajah Sumatera adalah mamalia terbesar di Indonesia dan beratnya bisa mencapai 6 ton.
            Gajah Sumatera adalah subspesies gajah Asia yang terancam punah (Endangered) dan terdata dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN. Pembalakan liar, penyusutan dan fragmentasi hutan, pembunuhan akibat konflik dan perburuan menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup gajah Sumatera. Menurut laporan Kementerian Kehutanan pada tahun 2007 menyebutkan bahwa 65% populasi gajah Sumatera lenyap akibat ulah manusia. 30% kematian akibat di racun. Selain itu, 83% habitat gajah Sumatera telah menjadi wilayah perkebunan. Ini menyebabkan berkurangnya ruang jelajah untuk mendapatkan makanan bagi gajah. Diperkirakan saat ini jumlah gajah Sumatera tidak sampai 3.000 ekor.

Upaya yang dilakukan WWF
WWF bekerja di tiga wilayah di Sumatera yang dinilai sangat penting bagi upaya konservasi gajah. Terobosan-terobosan besar telah berhasil dicapai dengan dideklarasikannya Taman Nasional Tesso Nilo di Riau (tahap I seluas 38,576 ha) oleh Departemen Kehutanan pada tahun 2004. Pada tahun 2006, Menteri Kehutanan menetapkan Provinsi Riau sebagai Pusat Konservasi Gajah Sumatera melalui Permenhut No. 5/2006. Hal ini merupakan langkah besar bagi penyelamatan habitat gajah di Sumatera.

            Pada tahun 2004, WWF memperkenalkan Tim Patroli Gajah Flying Squad pertama di Desa Lubuk Kembang Bunga yang berada di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo yang baru ditetapkan. Tim ini, yang terdiri dari sembilan pawang dan empat gajah latih, mengarahkan gajah-gajah liar untuk kembali ke hutan apabila mereka memasuki lading maupun kebun milik masyarakat desa tersebut. Sejak mulai beroperasi, Tim Flying Squad Tesso Nilo berhasil mengurangi kerugian ekonomi yang dialami masyarakat setempat yang timbul akibat serangan gajah dan mencegah pembunuhan gajah akibat konflik. Perusahaan perkebunan sawit milik APRIL, Indo Sawit dan Musi Mas sekarang sudah mengadopsi ide Flying Squad ini dan bahkan sudah atau dalam proses membangun tim tambahan untuk kawasan perkebunan mereka sebagai bagian dari upaya mitigasi konflik manusia-gajah yang terkoordinasi secara menyeluruh.




Comments

Popular posts from this blog

Lirik Lagu Ikan Pais Lagu daerah Bengkulu

TAHAP-TAHAP YANG HARUS DILAKUKAN SETELAH PENDADARAN (TAHAP YUDISIUM) AMIKOM

SMA NEGERI 1 PUTRI HIJAU, BENGKULU UTARA